Model Jalan Makrifat: On Road vs Off Road
Kita akan pergi ke Nepal untuk mendaki Gunung Himalaya, telah mendengar informasi dari orang yang pernah mencapai puncaknya dan akan mengikuti jejaknya.
Kita akan meniti jalan-jalan “On-Road”: pergi ke bandara melalui jalan tol, lalu menyelusuri jalan-jalan raya di Kathmandu.
Lalu meniti jalan-jalan “Off-Road”: menjelajahi hutan belantara Annapurna dan menelusuri jalan setapak di perkampungan menuju ke Gunung Himalaya.
Terkadang salah jalan. Sebagaimana meniti jalan makrifat.
Jalan On-Road
Hal-hal yang dzohir, objektif, dan berada di wilayah eksosentris. Penuh rambu-rambu dan tersedia lampu penerang jalan. Cukup ikuti arahan dan patuhi rambu-rambu agar tidak tersesat. Meskipun jalan yang dilalui mulus dan terang, ada saja yang tergelincir, melawan arah, hingga saling bertabrakan.
Jalan ini ditempuh dengan cara mempelajari:
- Aqidah dan Tauhid
- Quran
- Hadits
- Fikih
- Tarikh
Semuanya dapat dipelajari melalui sekolah formal, datang ke kajian, mengakses media sosial dakwah, membaca dan artikel buku-buku agama pada umumnya, dan diskusi dengan kerabat.
Semoga Allah selalu memberi petunjuk.
Jalan Off-Road
Hal-hal yang kaifiyah, subjektif, dan berada di wilayah endosentris. Tidak ada rambu-rambu, apalagi lampu penerang jalan. Hanya cahaya-Nya yang bisa menerangi dalam kegelapan di jalan ini. Hati-hati tergelincir dan tersesat!
Model jalan ini:
- Hikmah yang didapat dari pengalaman hidup dan pembelajaran empiris yang didasari Quran dan Hadits.
- Thariqah yang didapat dari bimbingan guru mursyid.
Terkadang kedua model jalan di atas muncul dari hal-hal di luar nalar yang terjadi dalam hidup.
Semoga Allah selalu memberi petunjuk.
Tergelincir dan Tersesat di Jalan
Sebagaimana dalam melakukan perjalanan, ada saja rintangan. Jika tidak dilalui, maka tersesat.
Dinamika Umum
Perselisihan terjadi di antara manusia yang menyebabkan adanya dinamika sosial dan saling mencela. Meniti jalan makrifat berarti meniti jalan yang tidak normatif di antara manusia pada umumnya, selaras dengan peluang masuk surga 0,1%.
Jika dari setiap 1.000 manusia hanya 1 orang yang dimasukan ke surga, sudah pasti yang 1 orang akan dianggap aneh dan menyendiri dari 999 orang lainnya.
Maka, Kita akan menjadi dan dianggap aneh oleh lingkungan sosial.
Dinamika di Jalan On Road
Terkadang Kita tidak bisa membaca google maps, namun Kita menyalahkan aplikasinya; rem mendadak, tidak fokus; kaget ada jalan berlubang, hujan yang menyebabkan jalan licin atau gangguan di jalan; atau kecerobohan orang lain yang menyebabkan Kita celaka, di antaranya:
- Penyimpangan aqidah dan takfiri.
- Berbuat musyrik dengan mengelompokan diri.
- Mengoreksi imam suatu wilayah karena telah hafidz Quran.
- Menjadikan ayat-ayat terjemahan Quran untuk mempengaruhi orang lain.
- Menghukumi orang lain hanya berdasarkan sebuah hadits.
- Mendebat ayat Quran karena tersindir.
- Menjadikan kaidah fikih untuk mencari kekurangan orang lain.
- Merasa pintar, mengutamakan gelar.
- Meminta fatwa dengan metode yang salah, atau kepada orang yang tidak mengerti Quran.
- Membiarkan maksiat terjadi hingga terjadi bencana alam.
- Mencukupkan diri dengan datang ke kajian, padahal tidak rutin.
Implementasinya, pahami rambu-rambu (tafsir Quran dan Hadits) dan fokus membaca arahan darinya! Investasikan waktu untuk mempelajarinya! Ilmu tidak diperoleh, kecuali dengan lelah, waktu, dan pengorbanan.
Iamam Syafi’i berpesan dalam Diwan As Syafi’i,
“Jika Engkau tidak tahan terhadap penatnya belajar, maka Engkau akan menanggung bahaya kebodohan.”
Semoga Allah selalu memberikan petunjuk.
Dinamika di Jalan Off Road
Melewati jalan off-road membutuhkan persiapan dan bekal yang lebih. Jalan yang gelap, terjal, berbatu, berlumpur, berduri. Hampir tidak ada rambu-rambu. Tidak ada google maps dan waze. Terkadang Kita sudah merasa pada track yang benar, padahal Kita mengitari area yang sama sepanjang hari.
- Pernah mengalami pengalaman spiritual, lalu menganggap diri adalah orang terpilih.
- Memiliki kemampuan supranatural, lalu menganggap diri seorang wali.
- Mengalami pengalaman “ditunjukan oleh Allah”, lalu menganggap diri paling disayang oleh Allah.
- Pengaruh narkoba dan minuman keras yang memunculkan ide-ide out of the box, lalu menganggap diri illuminated atau enlighted.
- Hidup yang mulus-mulus saja, lalu menganggap diri diberkahi Allah.
- Mengedepankan diksi dan retorika di atas Quran.
- Meragukan kisah para sahabat sebagai generasi awal yang menjaga Quran.
- Menganggap Quran tidak valid karena beranggapan bisa saja Quran dimodifikasi.
- Merasa telah berbuat banyak kebaikan, sehingga beranggapan shalat bukanlah segala-galanya.
- Dimurkai dengan makna paham ilmu tapi tidak mengamalkan.
- Disesatkan dengan makna banyak beramal tapi tidak punya landasan.
Implementasinya, menjadi rabbaniyyin dan carilah jalan setapak! Jalan yang telah dilalui orang yang pernah mencapai puncak makrifat dengan mengajarkan Quran juga dipandu oleh mursyid yang juga dipandu oleh mursyidnya dan seterusnya hingga mursyid tertinggi, Rasullulah Shallahu Alahi Wassalam.
Semoga Al Wasilah menjadi tempat baginya di surga.
Menghindari Tergelincir dan Tersesat
Agar tidak tergelincir dan tersesat di jalan “On Road”, maka pahami rambu-rambu (tafsir Quran dan Hadits) dan fokus membaca arahan darinya! Setiap datang ke kajian, catatlah apa yang disampaikan pemateri! Sebagaimana pesan Imam Syafi’i untuk mengikat ilmu dengan tulisan. Tak masalah catatan berantakan yang penting ada gerakan menulis. Hindari majelis ilmu yang terlalu banyak tertawa.
Agar tidak tergelincir dan tersesat di jalan “Off Road”, jadilah rabbaniyyin dan carilah jalan setapak!
Salah jalan berarti tersesat. Semoga Allah selalu memberi petunjuk.