Meniti Jalan Thariqah: Tergelincirnya Wanita
فتذل قدم بعد صبتها
“… Tergelincir kaki sesudah kokoh tegaknya.” (An Nahl:94)
Kalimat di atas merupakan idiom dalam Quran yang bermakna orang yang awalnya berada pada jalan lurus, lalu menyimpang dari jalan petunjuk dan berakibat terhalangnya dari jalan Allah.
Tergelincir dengan Jaminan Surga
Para wanita yang tergelincir, namun mereka punya jaminan surga:
1. Fathimah bintu Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam.
2. Aisyah bintu Abu Bakar.
3. Istri-istri Rasullulah.
Fathimah kepada Abu Bakar
Setelah Rasullulah wafat, Fathimah menuntut waris tanah Fadak dan Khumus kepada Abu Bakar. Namun, Abu Bakar menolak memberikannya.
dari Aisyah,
Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Kami tidak mewariskan, apa yang kami tinggalkan adalah sedekah, sesungguhnya keluarga Muhammad makan dari harta ini”. Dan Aku tidak merubah sesuatu yang sudah menjadi sedekah Rasullulah semenjak masa hidup beliau dan sungguh akan saya amalkan apa yang sudah apa yang sudah diamalkan oleh Rasullulah.”
Abu Bakar menolak permintaan Fatimah, maka Fatimah merasa tidak nyaman kepada Abu Bakar, menjauhinya dan tidak berbicara sampai meninggal dunia, ia hidup selama enam bulan setelah wafatnya Rasulullah…
ketika meninggal dunia, suaminya (Ali) memakamkannya pada malam hari dan tidak memberitahu Abu Bakar, … ketika Fatimah wafat, Ali menghindari masyarakat, dan ingin berdamai dengan Abu Bakar dan membaiatnya…”
Aisyah kepada Ali
Diawali rumor tentang Aisyah telah berzina dengan pria lain dan kegalauan Rasullulah atas kondisi tersebut, ditambah belum turunnya wahyu dari Allah mengenai rumor tersebut (An Nur:11).
Ketika Rasullulah bertanya kepada para sahabat untuk menyikapi rumor ini, semua memberi saran yang husnudzon, kecuali Ali.
Nabi mendatangi Aisyah yang saat itu sedang sakit untuk menanyakan perihal rumor tersebut, namun Aisyah merespon bahwa apapun yang ia katakan tidak akan merubah apa yang telah diyakini Rasullulah dan turunlah wahyu yang menyatakan Aisyah tidak bersalah.
Ketidaknyamanan Aisyah terhadap Ali tersirat pada suatu hadits shahih riwayat Bukhari 2588 mengenai saat-saat terakhir Rasullulah dimana pada riwayat tersebut Aisyah hanya menyebut nama Abbas, sedangkan untuk Ali, Aisyah menyebutnya sebagai “satu orang lagi (rojulin)”.
“Satu orang lagi” tersebut diketahui adalah Ali berdasarkan pernyataan Ibnu Abbas.
Ketidaknyamanannya kepada Ali, menyebabkan pemberontakan Aisyah dengan memerangi Ali pada perang jamal. Pasukan Ali menguasai situasi peperangan, namun Aisyah tetap memberontak hingga unta yang dinaikinya disembelih, dan Ali mengatakan,
Wahai Ummul Mukminin (Aisyah), Ummu Kami yang tidak berperasaan yang Kami kenal!
Tidakkah Engkau lihat betapa banyak orang yang tewas terbunuh, (lalu) tangan dan pergelangan tangan mereka dibuat kesepian?
Ummu Kami menuntun Kami untuk minum di kolam kematian. Kami tidak beranjak pergi hingga haus Kami padam.
lalu menyuruh Aisyah pulang dan memaafkannya.
Juga saat Ali dibunuh Ibnu Muljam, Aisyah sempat masih menunjukan ketidaknyamanannya kepada Ali, meskipun akhirnya Aisyah bersedih.
Berkata Aisyah mendengar kabar kematian Ali dalam History of At Thabari karya Muhammad ibnu Jarir halaman 224,
“Meskipun dia jauh, telah mengumumkan kematiannya seorang pemuda (ghulam) yang mulutnya tidak berdebu.”
Zainab binti Abu Salamah kepadanya apakah Aisyah sedang membicarakan tentang Ali, lantas Aisyah berkata,
“Aku pelupa, maka ingatkan Aku jika lupa!”
Istri-Istri Rasullulah
Suatu ketika, Rasullulah dan sahabatnya baru saja mendapat ghanimah dan fa’i yang banyak peninggalan Bani Nadzir dan Bani Quraidzhah. Sudah lumrah bahwa istri-istri para sahabat saling bercerita terkait pemberian suaminya dari harta tersebut. Pembicaraan ini juga sampai ke telinga para istri Rasullulah yang membuat mereka bersepakat untuk meminta nafkah lebih.
Ketika hal ini terjadi, Abu Bakar dan Umar mendatangi Rasullulah. Ketika diizinkan masuk, Abu Bakar dan Umar hendak memukul kedua anaknya mengetahui tuntutan tersebut. Rasullulah melarangnya dan turun ayat,
“… Jika kalian menghendaki dunia dan perhiasannya, kemarilah, kuberikan mut’ah dan kulepaskan kalian dengan pelepasan yang baik.” (Al Ahzab: 28)
Juga, persekongkolan Aisyah dan Hafshah kepada istri-istri yang lainnya yang menyebabkan turunnya surat At Tahrim ayat 1.
Tergelincir tanpa Jaminan Surga
Para wanita yang sejak zaman sahabat hingga saat ini, di antaranya:
Habibah bintu Sahl dan Jamilah bintu Ubay
Habibah bintu Sahl adalah istri Tsabit bin Qais yang dijamin surga dan mati syahid pada masa khalifah Abu Bakar. Suaminya merupakan juru bicara Rasullulah, orang kaya, dan senang berpenampilan necis. Kisah Habibah bintu Sahl menjadi landasan hukum khulu. Ia meminta dipisahkan dari suaminya dengan alasan khawatir tidak dapat berbakti kepada suaminya.
Apa yang dilakukan Habibah bintu Sahl, juga dilakukan oleh Jamilah bintu Ubay.
Meskipun suaminya mendapatkan jaminan surga dan memberikan kehidupan yang layak, keduanya sama-sama minta dipisahkan dari suaminya atas dasar perasaan.
Wanita pada Umumnya dari Zaman Sahabat hingga Masa Kini
Wanita dari masa ke masa memiliki tabiat yang sama. Tergelincirnya wanita dalam kehidupan diabadikan dalam ayat-ayat Quran dan hadits. Bahkan, kecondongan wanita untuk membuka diri dan berzina dengan pria lain, meskipun suaminya dijamin surga dan memberikan penghidupan yang layak, sudah terjadi dari zaman sahabat.
Berikut beberapa kejadian tergelincirnya wanita:
- Kufur pada suami
- Nusyuz
- Berselingkuh
- Bermudah-mudahan untuk berpisah
Kufur pada Suami
Rasullulah bersabda,
“Tidak pernah aku melihat pemandangan seperti itu sebelumnya. Aku melihat kebanyakan penduduk neraka adalah kaum wanita.”
Sahabat bertanya, ”Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, ‘‘Karena kekufuran mereka.”
Kemudian para sahabat bertanya lagi, ”Apakah mereka kufur kepada Allah?”
Beliau menjawab, ”Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Jika engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang, kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai), niscaya dia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat sedikit pun kebaikan pada dirimu’.” (HR Bukhari).
Nusyuz (Membangkang)
Kecondongan wanita merasa lebih dari suaminya dan membangkang, sehingga menjadi sebab turunnya An Nisa: 34 dan 123. Selain itu, pernyataan Umar bin Khatab bahwa wanita-wanita Madinah cenderung “berperan”, sehingga melawan suami adalah hal yang biasa yang menjadi sebab turunnya At Tahrim:1.
Terkait isu pembangkangan wanita terhadap suaminya, dalam riwayat tafsir Ibn Katsir An Nisa:34, Rasullulah mengancam,
“Seandainya aku diberi wewenang untuk memerintah seseorang bersujud terhadap orang lain, maka Aku perintahkan wanita untuk bersujud kepada suaminya…”
“Apabila seorang istri tidur semalan dalam keadaan memisahkan diri dari tempat tidur dengan suaminya, maka para malaikat melaknantnya…”
“Sebaik-baiknya wanita… dan apabila Kamu memerintahkannya, maka ia menaatimu.”
Kecondongan Berselingkuh
Secara umum, wanita bersuami yang apalagi ditinggal suaminya mau dicumbu dan dipeluk pria lain, meskipun tidak sampai berzina yang menjadi sebab turunnya Hud:114.
Wanita cenderung membuka diri dan mau berzina, meskipun suaminya dari kalangan orang-orang yang shalih yang menjadi sebab turunya An Nur:6.
Kecondongan wanita adalah tetap tidak mau mengakui berzina meskipun sudah tertangkap basah sedang melakukan hubungan badan. Ketika diadili, berani bersumpah palsu untuk menutupi perzinaannya.
Khalifah Umar berpatroli di malam hari, lalu mendengar suara wanita bersyair dari sebuah rumah seorang wanita,
Malam begitu panjang dan kelam di sekelilingnya, aku tidak kuasa tidur sebab tiada kekasih yang berkencan denganku.
Demi Allah, jika bukan karena Allah mengawasiku, niscaya sisi-sisi ranjang ini telah bergoyang.
Diliputi Perasaan: Bermudah-Mudahan Minta Diceraikan
Kecondongan wanita bermudah-mudahan untuk minta pisah dengan suaminya yang menjadi sebab turunya Al Baqarah: 229. Tabiat wanita tersebut juga dicela dengan ancaman Rasullulah dalam berbagai riwayat Ahmad dan Tirmidzi,
“Wanita mana saja yang minta diceraikan, maka tidak akan mencium bau surga.”
“Wanita yang minta berpisah (mukhtaliat), bagian dari wanita munafik.”
Implementasi bagi Kaum Wanita
Rasullulah berpesan,
“Jika seorang wanita selalu:menjaga shalat lima waktu,juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan),serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina),dan benar-benar taat pada suaminya,maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini,“Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.”
Selain cara di atas, wanita akan selamat dengan mengikuti jejak para wanita yang sudah dijamin masuk surga.
Thariqah Wanita
Berdasarkan pesan Rasullulah Shallalahu Alaihi Wassalam, wanita bisa masuk surga dengan:
- Shalat (wajib saja),
- Puasa (wajib saja),
- Menjaga diri dari perbuatan zina,
- Taat pada suami,
- Mengikuti jejak-jejak wanita yang sudah dijamin masuk surga.
Maka, wanita cukup berfokus untuk mencari jalan setapak menuju puncak makrifat dengan mengikuti suaminya. Adapun ketaatan meliputi hal yang pokok dan mubah.
Contoh: bilamana mendapati suami penjudi, maka apa yang diperintahkannya selama itu hal yang mubah, di antaranya: memandikannya, menyucikan bajunya, maka termasuk kepada bentuk ketaatan kepada suami.
Tidak pernah ditemukan riwayat bahwa seorang wanita mendapat jaminan surga dengan jalan berguru kepada orang lain. Adapun bagi wanita yang tidak bersuami, maka cukup: shalat, puasa, dan tidak berzina dengan istiqamah.
Semoga Allah selalu memberi petunjuk dan melembutkan hati para wanita muslim.