Meniti Jalan Hikmah: Jadilah Rabbaniyyin

Meniti Jalan Hikmah: Jadilah Rabbaniyyin

Rabbaniyin Menghafal Ayat-Ayat Hikmah

Landasan dalam Quran

Ayat

كونوا ربنيين…تعلمون الكتب…وتدروسون

Terjemahan

“Jadilah rabbaniyyin… yang tu’alimuna alkitab dan tadrusuna.” (Ali Imran:79)

Tafsir Ibn Katsir

  1. Rabbani adalah ahli ibadah, taqwa; memahami Quran hingga menjadi ahli fikih.
  2. Ta’lamuna bermakna mengajarkan dengan memahami maknanya.
  3. Tadrusuna bermakna menghafal lafadznya.

Implementasi Menjadi Rabbaniyin

Entry Level or Rookie Class

Berdasarkan makna tafsir, maka murid yang telah mendapat berbagai hikmah hendaknya selalu menjadi rabbaniyin yang mengajarkan Quran kepada orang lain dengan memahami maknanya dan menghafal lafadznya.

Lafadz-lafadz ayat yang dihapalkan dapat disesuaikan dengan urutan yang dihapal sesuai dengan kejadian yang menimpa hidupnya.

Contoh: Bulan Januari seseorang kehilangan harta. Lalu, ia menghibur dirinya dengan Quran dengan membacanya, kemudian ada ayat Quran yang menarik perhatiannya. Maka, ia hafalkan ayat tersebut dan pelajari makna tafsirnya.

Lalu pada bulan September ia mengalami perceraian. Lalu, ia kembali menghibur dirinya dengan Quran dengan membacanya, kemudian ada ayat Quran yang lain yang menarik perhatiannya. Maka, ia hafalkan ayat tersebut dan pelajari maknanya.

Kedua ayat yang telah ia hafal, disusun hafalannya berdasarkan kejadian, lalu dijadikan pedoman hidup dan ia ajarkan ke orang lain.

Susunan Ayat yang Diterima dan Dihapal Berbeda pada Setiap Orang

Hal ini dilakukan sebagaimana para sahabat menerima Quran.

Susunan awal ayat Quran yang dihafal:

  1. Khadijah, Ali, Zaid bin Tsabit, dan Abu Bakar adalah Al Alaq 1-5; berbeda dengan
  2. Umar bin Khatab yang masuk Islam karena dibacakan surat Tha Ha 1-6;
  3. Khalid bin Walid yang masuk Islam karena dibacakan surat Al Hujarat: 13;
  4. Jubair bin Muth’im karena dibacakan At Thur:35-38;
  5. Raja Negus karena dibacakan Kah Ya Ha ‘Ain Shad;

Pun Bagi golongan pemeluk Islam periode Mekkah, Madinah, bai’at Hudaibiyah, Fathu Mekkah, dan lainnya. Tiap individu (sahabat, muhajirin, anshar, dsb) menghafal ayat Quran yang menjadi pedoman hidupnya (hikmah) berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Masing-masing punya susunan hafalan tersendiri sesuai kejadian yang menimpa hidupnya.

Adapun mushaf Quran yang tertulis hingga saat ini adalah apa yang tertulis dan urutannya sesuai dengan apa yang ada di Lauhul Mahfudz.

Hikmah yang Ditolak

Termasuk Abu Lahab dan Utbah bin Rabiah yang ketika dibacakan Al Lahab dan Al Fusilat: 1-5, mereka menolaknya. Utbah bin Rabiah berkomentar setelah dibacakan Quran kepadanya yang menjadi sebab turunnya surat Al Fusilat 1-5, dikutip dari Shirah Nabawiyah,

“Demi Allah, itu bukanlah syair atau sihir atau mantra. Wahai Quraisy! Dengarkan Aku! Biarkanlah lelaki ini (Muhammad) dengan apa yang dibawanya! Tinggalkanlah ia (maksudnya:jangan diganggu)!”

Bahkan Abu Jahal, Akhnas, dan Abu Sufyan pernah beberapa kali diam-diam menguping Nabi Muhammad dan mendengarkan Quran dibacakan di rumahnya selama tiga malam. Mereka mendengarkan dan menikmati bacaan Quran semalam suntuk karena Nabi Muhammad saat di Mekah punya kebiasaan membaca Quran tengah malam hingga subuh.

Di antara pemimpin suku Quraisy mengakui apa yang dibacakan Nabi Muhammad adalah benar-benar bukti kenabian. Hanya saja, mereka menolaknya karena gengsi, kerasnya hati, dan kekhawatiran hilangnya status sosial.

Akhnas berkata,

“Aku tak perlu basa basimu (Abu Hakam/Abu Jahal). Sekarang telah jelas telah datang seorang Nabi dari bangsa Kita. Kapan Kita menyambut kesempatan ini?”

Abu Jahal,

“Demi Allah, Kita tidak akan mengimaninya.”

Advanced Level

Berdasarkan tafsir Ali Imran: 146 dan Al Maidah:44;63, “Next Level” Rabbaniyyin adalah:

  1. Tidak lemah (letih) kepada bencana.
  2. Tidak lemah (lesu) dan tunduk kepada musuh.
  3. Memelihara Kitabullah (Quran).
  4. Menjadi saksi terhadapnya.
  5. Takut (khauf) kepada Allah.
  6. Tidak menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit.
  7. Memutuskan perkara dengan hukum Allah.
  8. Melarang perkataan dosa.
  9. Tidak memakan yang haram.

Ironi Hikmah

Suku Quraisy Mengerti Rububiyah dan Asma wa Sifat

قل :

من يرزقكم من السما ء والارض؟

امن يملك السع والابصر؟

ومن يخرخ الحي من الميت ويخرج الميت من الحي؟

ومن يدبر الامر؟

من رب السموت السبع ورب العرش العظم؟

سيقولون الله

“Tanyakan (kepada Quraisy):

Siapa yang memberi rezeki dari langit dan bumi?

Yang memiliki pendengaran dan penglihatan?

Yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup?

Siapa Yang mengatur segala urusan?

Rabb langit yang tujuh dan Rabb Al-Arsy yang agung?

Mereka pasti menjawab, ‘Allah’.” (Yunus:31 dan Mu’minun:86)

Mereka (orang Quraisy) yang:

  1. selalu bersumpah atas nama Allah,
  2. tahu bahwa sesembahan mereka adalah Allah,
  3. tahu bahwa Allah pemberi rezeki, pencipta pendengaran, penglihatan, menghidupkan, mematikan, dan mengatur urusan alam semesta;
  4. tidak mendebat Allah di langit dan bersemayam di Al-Arsy,
  5. tahu bahwa Muhammad bukan orang yang jauh (keponakannya), bukan pula orang yang berbohong sekalipun dalam hidupnya,
  6. menikmati bacaan yang disampaikan Muhammad yang dikenal sebagai Quran

namun, mereka menolak hikmah itu untuk meresap ke dalam hatinya.

Mereka mati dalam kekufuran hanya karena tidak mau mengakui Muhammad seorang Rasul, meskipun mereka kenal Muhammad dari kecil; masih saudara satu kakek atau beda kakek; sama-sama: ber-ilah kepada Allah, mengetahui sifat rububiyah;

hanya saja mereka berbeda dalam cara beribadah.

Kafir Quraisy vs Muslim Saat Ini

Bagaimana nasib muslim saat ini yang:

  1. bersumpah atas nama selain Allah,
  2. melakukan ritual kepada selain Allah,
  3. memperdebatkan bahwa Allah itu bukan di atas tetapi di mana-mana,
  4. mencontoh kehidupan para idola dan selebritis dan mencela sunnah,
  5. lebih banyak menghafal lirik lagu, serta mendengarkan musik dibandingkan Quran;

Tidakkah takut jangan-jangan kafir Quraisy lebih unggul dari muslim saat ini dari segi aqidah?