Off Road: Jalan Thariqah

Off Road: Jalan Thariqah

Model jalan off road: hikmah dan thariqah.

Meniti jalan thariqah, menemukan guru, menyambung sanad keilmuan.

Landasan dalam Quran

Ayat

ولا ليهديهم طريقا

فاضرب لهم طريقا فى البحر يبسا

وان لو استقامواعلى طريقة

Terjemahan

“…dan tidak (pula) menunjuki mereka (orang kafir dan dzholim) thariqan.” (An Nisa:168)

“… maka buatlah bagi mereka thariqan di laut yang kering, jangan takut tersusul dan khawatir (tenggelam).” (Tha Ha:77)

“Dan bahwasanya benar-benar mereka di atas thariqah…” (Jin:16)

Tafsir Ibnu Katsir

Thariqah adalah

  1. Jalan kebaikan.
  2. Tanah kering akibat terbelahnya laut karena adanya angin kering saat Musa terjebak di antara tepi laut dan kejaran tentara Fir’aun.
  3. Menempuh jalan Islam dan kembali kepada jalan kebenaran serta menempuhnya.
  4. Jalan agama Islam.
  5. “Seandainya mereka semua beriman.”
  6. Jalan kebenaran.

Sanad Guru Pembimbing

Guru pembimbing disebut murysid yang memiliki sanad keilmuan.

Urgensi Sanad

Murid yang meniti jalan makrifat pada jalan thariqah berarti dibimbing seorang mursyid yang dibimbing oleh mursyidnya yang juga dibimbing oleh mursyidnya dan seterusnya hingga mursyid tertinggi Rasullulah Shallahu ‘Alaihi Wassalam. Bersambungnya pendidikan dari mursyid ke mursyid hingga ke murid disebut sanad.

Kaidah sanad juga digunakan dalam menentukan keaslian sebuah matan hadits. Contoh: sanad yang tidak bersambung dapat menyebabkan sebuah hadits bernilai mursal yang jika ditemukan ada perawi yang tidak tsiqah, maka hadits tersebut dapat terhukumi lemah atau tidak dapat diamalkan.

Rasullulah menjamin 3 generasi awal sebagai generasi terbaik, maka hendaklah mursyid bersambung setidaknya hingga generasi ketiga, yakni kalangan Tabiut Tabi’in. Jika pemahaman dan amalan Kita telah bersambung kepadanya, maka insha Allah Kita telah berada di jalan setapak meskipun berada di hutan belantara.

Rasullulah berkata,

خير امتى قرنى ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم

“Sebaik-baiknya umat pada masaku kemudian yang setelah mereka kemudian yang setelah mereka.” (HR. Bukhari)

Inilah jalan kebenaran sebagaimana makna thariqah berdasarkan tafsir.

Dinamika Sanad

Terkadang di antara murid seorang mursyid terjadi dinamika perselisihan dan saling mencela. Perselisihan juga terjadi di antara murid yang beda mursyid, sebagaimana dinamika perselisihan terjadi pada orang awam yang tidak mau dinasehati.

Sebaiknya temukan mursyid yang tidak terjebak pada berbangga-bangga diri dengan golongan dan selalu mengamalkan amalan yang landasan implementasinya sesuai dengan tafsir Quran dan Hadits.

Dinamika sanad sudah terjadi sejak zaman generasi awal di antaranya:

  1. Konflik Fathimah bintu Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam dan ‘Ali dengan Khalifah Abu Bakar.
  2. Khalifah Abu Bakar dengan Thalhah bin Ubaidilah dan Zubair bin Awam.
  3. Konflik antara Umar bin Khattab dan ‘Ali, Khalid bin Walid dan Ubay bin Ka’ab.
  4. Konflik antara Muhammad bin Abu Bakar As Sidiq dan Utsman bin Affan.
  5. Konflik antara ‘Ali dan ‘Aisyah, Thalhah bin Ubaidilah dan Zubair bin Awam (perang jamal).
  6. Konflik antara ‘Ali dengan Mu’awiyah (perang shiffin).

Radhiyallahu ‘anhum jami’an. Semoga Allah meridhoi mereka semua.

Mereka semua bersanad langsung kepada Rasullulah Shallahu ‘Alaihi Wassalam, sebagian di antaranya sudah dijamin masuk surga. Konflik di antara mereka menyebabkan wafatnya puluhan ribu orang, termasuk: Thalhah bin Ubaidilah, Zubair bin Awam, Ammar bin Yassir, Uwais Al Qarni, dan Ubaidilah bin Umar bin Khattab. Allah Maha Mengetahui.

Dinamika sanad zaman generasi Tabi’ut Tabiin yang bersanad hingga Abdullah bin Umar bin Khatab:

  1. Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal; yang keduanya dipenjara oleh penguasa.
  2. Al Hallaj dan Imam Al Barbahari; digantung dan dicongkel matanya.

Sanad Beberapa Tokoh di Indonesia

Berikut sanad dari beberapa tokoh:

Abah Anom

  1. Syaikh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad
  2. Thalhah
  3. Syaikh Ahmad Khotib Sambas bin Abdul Ghafar
  4. Syamsudin
  5. Marid
  6. Abdul Fatah
  7. Utsman
  8. Abdurrahim
  9. Abu Bakar
  10. Yahya
  11. Hisyamuddin
  12. Waliyudin
  13. Nurudin
  14. Syarifudin
  15. Syamsudin
  16. Muhammad Hataki
  17. Abdul Aziz bin Abdul Qadir Jaelani
  18. Syaikh Abdul Qadir Jaelani.
  19. Syaikh Abu Sa’idul Mubarak
  20. Syaikh Hasan Abu Ali
  21. Syaikh Abu Al Gharaj Ath Thartawus
  22. Syaikh Abu Fadhl
  23. Syaikh Abu Bakar
  24. Syaikh Abul Qashim Al Baghdadi
  25. Syaikh Sarasaqathi
  26. Syaikh Ma’ruf
  27. Syaikh Abu Hasan ‘Ali Musa Ridha bin Musa Alkadzam
  28. Imam Musa Alkadzam bin Jafar Shidiq
  29. Jafar Shidiq bin Muhammad Baghir
  30. Muhammad Baghir bin Zainal Abidin
  31. Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib
  32. Husein bin Ali bin Abi Thalib
  33. Ali bin Abi Thalib yang berguru kepada (sahabat, pamannya, sekaligus mertuanya)
  34. Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wassalam yang diwahyukan melalui
  35. Jibril ‘Alaihis Salam dari
  36. Allah Azza Wa Jalla.

Murid:

  1. Muhaiminul Aziz,dan beberapa lainnya.

Murid dari Murid Abah Anom:

  1. Zainudin MZ, Ary Ginandjar

KH. Hasyim Asyhari

  1. Syaikh Sholeh Darat, Nawawi Al Bantani, Kholil Bangkalan
  2. Syaikh Khatib Sambas
  3. Ahmad As Suja’i
  4. Nurrudin
  5. Ibnu Hajar Al Haitami dan Jalalludin As Suyuthi
  6. Jalalludin Al-Mahalli
  7. Imam Ibnu Katsir, yang juga bersanad ke Ibnu Qayyim
  8. Imam Nawawi
  9. Imam Ghazali dan Ibnu Asakir
  10. Qadli Mawarzi
  11. Imam Ath Thabari dan Imam An Nasai
  12. Abu Hasan Al Asy’ari
  13. Mawarzi
  14. Imam Ahmad bin Hambal
  15. Imam As Syafi’i
  16. Imam Malik bin Anas
  17. Nafi
  18. Abdullah bin Umar
  19. Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam

KH. Ahmad Dahlan

  1. Syaikh Sholeh Darat, Nawawi Al Bantani, Kiai Maskumambang
  2. Syaikh Khatib Sambas dan Muhammad Rashid Rida (Tafsir Al Manar)
  3. Syaikh Muhammad Abduh
  4. Jamaludin Al-Afghani, hingga ke
  5. Ibnu Qayyim
  6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hingga ke
  7. Ibnu Bathah
  8. Imam Barbahari
  9. Mawarzi
  10. Imam Ahmad bin Hambal
  11. Imam As Syafi’i
  12. Imam Malik bin Anas
  13. Nafi
  14. Abdullah bin Umar
  15. Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam

Dr. Khalid Basalamah

  1. Syaikh Ali Hasan Al Halabi
  2. Syaikh Albani
  3. Syaikh Muhammad Raghib Ath Thabakh
  4. Syaikh Abu Bakar bin Muhammad Arif Khuwaqir Al Hanbali
  5. Syaikh Ahmad bin Ibrahim Alu Syaikh
  6. Aburahman bin Hasan Alu Syeikh (Fathul Majid),
  7. Muhammad Rashid Ridha (Tafsir Al Manar) dan
  8. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, hingga ke
  9. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hingga ke
  10. Ibnu Bathah
  11. Imam Barbahari
  12. Mawarzi
  13. Imam Ahmad bin Hambal
  14. Imam As Syafi’i
  15. Imam Malik bin Anas
  16. Nafi
  17. Abdullah bin Umar
  18. Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam

Ust. Yazid Jawas

  1. Shalih Al Utsaimin, hingga ke
  2. Syaikh Abdurrahman As Sa’di
  3. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, hingga ke
  4. Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam

Dr. Firanda Andirja

  1. Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Abbad
  2. Abdul Muhsin Al Abbad
  3. Bin Baz, Syaikh Shalih Al Utsaimin, hingga ke
  4. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, hingga ke
  5. Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam

Gus Baha

  1. Maimun Zubair bin Zubair
  2. Zubair
  3. Sayyid Alawi al Maliki al Hasani dan Abdul Qadir Al Mandili
  4. Muhammad Yasin Al Fadani, hingga ke
  5. Imam Nawawi
  6. Imam Ghazali dan Ibnu Asakir
  7. Qadli Mawarzi
  8. Imam Ath Thabari dan Imam An Nasai
  9. Abu Hasan Al Asy’ari
  10. Mawarzi
  11. Imam Ahmad bin Hambal
  12. Imam As Syafi’i
  13. Imam Malik bin Anas
  14. Nafi
  15. Abdullah bin Umar
  16. Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab

  1. Abdullah bin Ibrahim al Madini
  2. Mufti Hanabilah Abdulqadir Ath Taghlabi
  3. Abdul Baqi
  4. Ahmad bin Muflih Al Wafai
  5. Musa bin Ahmad Al Hajawi
  6. Ahmad bin Muhammad Al Maqdisi
  7. Ahmad bin Abdullah Al Askari
  8. Ala’uddin Al Mardawi
  9. Ibrahim bin Qundus Al Ba’ali
  10. Ibnu Al Lahm
  11. Ibnu Rajab Al Hanbali
  12. Ibnu Qayyim
  13. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
  14. Syaikhul Islam Abdurrahman bin Qudamah
  15. Imam bin Abdullah bin Ahmad bin Qudamah
  16. Imam Abi Al Fatah bin Al Minni
  17. Imam Abu Bakar Ahmad Ad Dainuri
  18. Imam Abi Al Khathab Mahfudz
  19. Qadhi Abi Ya’la bin Al Fara’
  20. Imam Abi Abdullah Al Husein bin Haamad
  21. Imam Abu Bakar Abdul Aziz Al Khallal
  22. Imam Abdullah bin Ahmad bin Hambal
  23. Imam Ahmad bin Hambal
  24. Imam As Syafi’i
  25. Imam Malik bin Anas
  26. Nafi
  27. Abdullah bin Umar
  28. Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam

Polemik Thariqah

Di antara polemik yang terjadi saat ini:

  1. Tameng kemalasan.
  2. Guru sebagai landasan argumen.
  3. Pembangkangan istri kepada suaminya.
  4. Mengaku-ngaku murid seorang mursyid dan sebaliknya.
  5. Mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian.
  6. Berbangga-bangga dan menjadikan thariqah sebagai aliran kepercayaan, bahkan agama baru.
  7. Menjual karamah dan amalan dalam rangka memperbanyak pengikut dan meningkatkan popularitas.

Tameng Kemalasan

Menjadikan amalan thariqah sebagai tameng kemalasan: tidak mau mengkhatamkan Quran, dan istiqamah pada amalan wajib, sebagaimana orang awam menjadikan kesibukan bekerja dan mengurus anak sebagai alasan untuk tidak shalat dan menolak untuk dinasehati.

Guru sebagai Landasan Argumen

Menghukumi orang lain dengan argumen semisal,

Kata guru ane, kalo ini tuh salah…”;

“Saya ngaji ama guru Saya sih begini…”.

Tidak lagi berargumen sesuai tafsir Quran dan Hadits.

Pembangkangan Istri kepada Suami

Membenturkan fatwa dalam rangka mencari pembenaran dan tidak menuruti nasihat suami dengan argumen semisal,

“Kata guru Kamu aja begini, Aku cuma ngikutin apa kata guru Kamu, lho…”;

“Aku punya guru, Kamu punya guru! Ya boleh dong aku ambil keputusan ini, …”;

“Guruku lulusan Madinah, masa salah?”;

“Ustadz fulan dah terkenal, gak mungkinlah gak baca tafsir…”

Mengambil dan Meninggalkan Sebagian

Di antara sebagian orang berusaha mempopulerkan salah satu metode thariqah, yakni: tasawuf (penyucian diri dengan berzuhud dan berperilaku humanis) sebagai alternatif lifestyle dengan memodifikasinya menjadi gelaran seni budaya dan menjelma sebagai seniman.

Fenomena alternative lifestyle semakna dengan assubula (Al An’am:153).

Mereka mengaku telah bersanad kepada Al Hallaj, Imam Al Ghazali, Jalaludin El Rumi, dan Syaikh Abdul Qadir Jaelani. Kaidah yang mereka ambil sebagian:

  1. Dari Al Hallaj; “Anna Al Haqq.”
  2. Dari Imam Al Ghazali, kaidah Tajalli.
  3. Dari Jallaludin El Rumi, bersajak dan berpuisi; berijtihad bahwa konser musik dapat dijadikan ladang dakwah.
  4. Dari Syaikh Abdul Qadir Jaelani; “Adab di atas ilmu. Kalau hanya sekedar ilmu, setanpun lebih berilmu dari manusia.”

Sehingga mereka hanya berfokus pada karya seni, memperbanyak pengikut, dan menjadi tenar, tidak menjalani kaidah-kaidah Langkah Pertama Meniti Jalan Makrifat, bahkan meyakini shalat hanya untuk orang yang baru mengenal syariat dan menyesatkan umat dengan paham humanisme, liberalisme, dan sekulerisme dengan jargon, “Humanity Above Religion” dan “Semua Agama itu Sama”.

Mereka lupa bahwa keempat murysid di atas melaksanakan perintah shalat, mengkaji tafsir Quran, beristiqamah di atas sebuah amalan, serta berthariqah kepada mursyid. Mereka mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian, lalu mengklaim diri sebagai seorang sufi.

Mengaku-Ngaku Murid Seorang Mursyid dan Sebaliknya

Beberapa kali datang ke kajian seorang guru, mengambil ilmu dan bertanya kepadanya, lantas mengaku muridnya.

Atau sekali dua kali seorang guru dikunjungi atau mendapat bantuan dana dari musisi, selebgram, artis, atau pejabat terkenal, Sang Guru mengklaim mereka adalah santri, tanpa ada proses belajar.

Menjadikan Thariqah sebagai Aliran Kepercayaan, bahkan Agama Baru

Menjadikan thariqah sebagai kelompok sosial yang eksklusif, bahkan disertai identitas hukum sebagai ormas; berbangga-bangga diri dengannya, hingga mengkultuskan sang guru dengan pujian-pujian yang berlebihan dan mengarah kepada kesyirikan.

Jika Sang Guru sudah wafat, maka makammnya dijadikan tempat ngalap berkah dengan dalih orang shalih itu tidak mati dan dijadikan perantara untuk berkomunikasi kepada Allah Azza Wajalla.

Bahkan keshalihan Sang Guru dijadikan wasilah jaminan surga dan ampunan dari Allah bagi para pengikutnya.

Di antara dari mereka pernah berkata,

“NU iku wis dadi ogomo, ra NU, kafir!”.

Juga menganggap Imam ‘Ali dan Husein Radhiyallahu’Anhu adalah maksum, mengkultuskannya, hingga mengganggap para sahabat Nabi pengkhianat, membuat syahadat baru, dan mereka dikenal dengan Syi’ah yang menganggap diri mereka muslim sejati.

Menjual Karamah dan Amalan untuk Memperbanyak Pengikut dan Popularitas

Sebagian orang tertarik mengikuti suatu komunitas sosial bertameng thariqah karena pernah menyaksikan kemampuan supranatural Sang Guru, sehingga meyakini Sang Guru adalah orang shalih atau wali Allah.

Untuk menyikapi hal ini, ingatlah pesan Imam Al Ghazali dalam kitabnya Al Munqidz min Ad Dhalal,

“Jika engkau melihat seseorang mampu terbang di angkasa dan berjalan di atas air, tetapi ia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariat, maka ketahuilah dia adalah (wali) setan.”

Jika murid berbai’at dan atau membayar sejumlah uang atas nama mahar dan infaq, maka Sang Guru akan menurunkan kesaktian, mengajarkan amalan atau syariat tertentu untuk mewujudkan keinginan si murid.

Atau, tiba-tiba seseorang yang pernah mengalami hal-hal di luar nalar kemudian mendapat bisikan-bisikan dan visual seputar masa depan, kemudian membuka layanan spiritual, menarik bayaran, dan menjadi terkenal dan memperbanyak pengikut dengan kedok melestarikan budaya, layanan kartu tarot, spirit doll, guardian angel, mengaku keturunan orang shalih, bahkan nabi, juga Imam Mahdi.

Semoga Allah mempertemukan Kita dengan guru mursyid yang berkenan membimbing Kita. Semoga Allah selalu memberi petunjuk.